Kamis, 01 November 2012

keterbatasan laporan keuangan



  1. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim report), bukan merupakan laporan final, karena laba-rugi riil (laba-rugi finan) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidasi. karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk priode waktu tertentu. waktu 1 tahun (12 Bulan) umumnya dianggap sebagai priode akuntansi baku. alokasi revenue dan cost sepanjang priode tertentu dipengaruhi pula pada adanya pertimbangan pribadi. pertimbangan pribadi ini misalnya dalam memilih metode penilaian persediaan akhir, penentuan besarnya penyusutan; deplesi, amortisasi, dan kerugian karena adanay piutang yang tidak tertagih; pemisahan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pengahsilan. transaksi penghasilan dan biaya akan terjadi terus-menerus selama untuk perusahaan, di mana setiap priodenya disisipi dengan laporan keuangan (interem report). jadi, jelaslah bahwa sebenarnya data laporan keuangan itu tidak bersifat pasti, tidak dapat diukur secara mutlak diteliti, kekurangpastian ini antar lain diakibatkan adanya contingent assets, contingent liabilities, dan deferred maintenance.
  2. laporan keuangan ditunjukkan dalam jumlah rupiah yang tampaknya pasti. sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar lain (karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan). apalagi bila dibandingkan dengan laporan keuangan seandainya perusahaan itu dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda. aktiva tetap dinilai berdasarkan harga historisny, jumlahnya kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. jumlah bersihnya tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap. dalam keadaan likuidasi, aktiva tidak berwujud seperti hak paten, merek dagang, biaya organisasi hanya dinilai satu rupiah.
  3. Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan dari waktu ke waktu. selama jangka waktu itu mungkin nilai rupiah sudah menurun (daya beli rupiah menurun karena kenaikan tingkat harga-harga). Aktiva tetap yang dibeli tahun 1970 misalnya, harga beli sekarang sudah tiga kali lipat, akibatnya biaya penyusutan yang dibebankan akan jauh lebih kecil bila dibandingkan tingkat penyusutan berdasarkan replacement cost basis. Juga, kenaikan volume penjualan dalam jumlah rupiah belum tentu sebagai pencerminan dari kenaikan jumlah satuan yang terjual. Kenaikan jumlah rupiah volume penjualan mungkin disebabkan oleh naiknya harga jual per satuan. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya analisis yang menyesatkan, analisis perbandingan harus dilakukan dengan hati-hati.
  4. Laporan Keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai keadaan perusahaan. laporan keuangan tidak mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak semua faktor dapat diukur dalam satuan uang. faktor tersebut misalnya kemampuan dalam menemukan penjual dan mencari pembeli, nama baik dan prestise perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada perusahaan, efisiensi, loyalitas, dan integritas dari pimpinan dan karyawan, kualitas barang yang dihasilkan, kondisi pesaing-pesaing, keadaan perekonomian pada umumnya, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar